POHON KEMATIAN
Pada saat
liburan, pasangan kakak beradik, Andra dan Anita berencana menghabiskan liburan
di rumah Kakeknya. Andra dan Anita berangkat ke rumah Kakek dan tiba sdi rumah
Kakek pukul lima sore.
Pada suatu
malam Andra, Anita, dan Kakek berbincang- bincang di ruang tamu membahas rumah
tua yang angker di atas bukit.
“Kek apa
benar rumah tua di atas bukit itu sangat angker?” tanya Andra
“ benar “
jawab Kakek. “ Rumah itu sangat angker”.
Andra
tersenyum “ Masa di zaman modern ini Kakek masih percaya sama takhayul”
“ Jaga
perkataanmu !” bentak Kakek. Andra pun sedikit kkaget. “Asal kau tahu rumah itu
adalah lorong ribuan setan, pernah ada seorang Ustazd menerawang tempat itu dan
katanya ada ribuan setan berkeliaran di rumah itu, kau tahu apa yang terjadi
selanjutnya?”
“ Apa kek?”
tanya oAnita penuh penasaran
Kakek pun
berbicara dengan ngeri dan mengucapkan “ Ustazd itu meninggal sehari kemudian,
semua orang tahu penyebabnya.”
“Apa
penyebabnya kek?” tanya Anita sedikit takut.
“Tak salah
lagi, itu karena Ustazd itu mengucapkan kata sederhana yang sebenarnya itu
adalah kata yang membahayakan dan mengerikan akibatnya jika diucapkan” kata
kakek
Andra tak
mengerti apa maksud kakek, “kata yang seperti apa kek?”
“ kata itu
bisa mengusik ketenangan mereka.”
“ Apa itu
kek?” tanya Anita
Kakek
mengalihkan pandangannya ke arah jam dinding. “Sudah, sekarang kalian tidur!!”
Pada malam
kedua mereka menginap, ada kabar menggemparkan di daerah itu. Seorang lelaki
paru baya tewas dalam keadaan kaku tidak jauh dari rumah angker itu. Raut wajah
ketakutan tersirat pada lelaki itu. Semua orang menduga karena dia telah
melakukan tindakan sembarangan di tempat itu dan tentunya dia telah mengucapkan
kata terlarang/ pantangan itu.
“Tidak hanya
lelaki itu , seminggu yang lalu juga ada kejadian tak jauh berbeda , seorang
wanita tewas mengenaskan di tempat itu” kata
Kakek. “Menurut warga yang sudah merasakan keanehan, tempat itu dihuni
oleh makhluk tinggi berkerudung yang mengerikan.”
Suasana
menjadi sangat menakutkan setelah kakek bercerita. Andra pun menjadi merinding
mendengar cerita kakek.
“Memangnya
sudah berapa lama usia tempat itu kek?” tanya Andra.
“Ratusan
tahun, konon tempat itu adalah tempat penguburan massal pembantaian Belanda.”
Kata Kakek.
“Tapi aku
masih penasaran dengan tempat itu kek.” Kata Andra. “bisa saja pembunuhan di
tempat itu dilakukan oleh seseorang, kan tempat itu sepi”.
“MANA MUNGKIN
? ANDRA ITU TEMPAT KERAMAT.”
Jaru jam sudah menunjuk pukul sebelas
malam, tetapi Andra belum bisa menutupkan matanya, ia sangat penasaran dengan
tempat itu. Diam-diam dia bangkit dan mengambil senter.
“Kakak mau
kemana?” tanya Anita tiba-tiba
“Ssss.... kau
hampir saja membuat jantung copot, Aku mau ke rumah itu.” Jawabnya
“Untuk apa?
Itu berbahaya.” Seru Anita
Andra tak menghiraukan,
dia tetap bersikeras ke rumah angker itu. Anita pun berlari mengejarnya. Pada
saat kurang 50 meter lagi dari pintu rumah angker itu, Andra dan Anita
merasakan hawa dingin yang membuat bulu kuduk berdiri tegak.
“Kita kembali
saja” ucap Anita.
Andra tetap
melangkah mendekati pintu. Tiba-tiba terdengar suara tangisan seorang wanita
dari pohon besar di dekat rumah itu.
Andra pun menoleh ke pohon itu. Pohon itu sangat besar mungkin berdiameter 2
meter. Ada goresan tulisan merah di pohon itu.
“MATI? Apa
arti tulisan itu?”
Anita kaget
bukan main. “Itu dari darah, dan kakak mengucapkannya. Kata itu. Ingat
perkataan kakek.”
Suara
tangisan berhenti. Andra melihat sekelebat bayangan putih di balik pohon besar
itu. Suasana sangat mencekam. Andra berusaha mengarahkan senternya agar bisa
melihat seseorang di balik pohon itu. Teet. Senter mati. Anita gemetar, kaku
tak bisa bergerak bahkan suaranya pun hanya mencicit. Sepertinya Anita melihat sesuatu.
“K-k-kau ini
k-k-kenapa?” tanya Andra dengan sangat takut.
Suara
tangisan muncul kembali di balik pohon. Kata “MATI” masih tergores di batang
pohon besar itu. Andra pun nekat mendekati pohon besar itu. Suara tangisan
makin terdengar jelas. Terdengar suara hembusan napas sangat mengerikan. Andra
tak mampu berkata apa-apa, dia tetap mencoba melihat di balik pohon walaupun
lehernya kaku. Tiba-tiba wajah hancur dengan mata merah berdarah sangat mengerikan muncul di hadapannya.
AAAAAAAAAAAAAAAAAA.......
Keesokan
harinya Anita meratapi kakaknya yang telah tiada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar